Wednesday, March 31, 2010

Sajak Rumi

KARENA CINTA

Karena cinta, tubuh berdaki dari tanah liat ini
Sanggup terbang ke langit menuju arasy
Gunung menari dan tangkas geraknya, o Pencinta!
Cinta menurunkan ilham pada bukit Sinai
Karena itu bukit Sinai mabok dan Musa jatuh pingsan

Jika kuikuti bibir yang sehaluan denganku
Aku akan berubah menjadi seruling:
Kulagukan semua yang dapat kulagukan
Tetapi dia yang terpisah dari kekasihnya
Akan terkunci mulutnya dan membisu
Walau tahu ratusan pantun dan gurindam

Apabila mawar pergi dan taman lenyap
Kisah burung bulbul takkan terdengar lagi
Kekasih adalah segala-galanya, pencinta ialah tabirnya
Kekasih ialah hidup, pencinta benda mati
Kalau cinta tak peduli kepadanya,
Jadilah dia burung tanpa sayap

Bagaimana Kesadaran ada di depan dan samping
Jika Kekasih tak ada di depan dan samping
Cinta ingin dunia dan semua yang dicintai dijelmakan
Jika cermin tak mantulkan bayangan apa sebabnya?
Tahukah kau mengapa cermin jiwa tak mantulkan bayangan?

Karena karatnya belum juga dibersihkan

Wednesday, March 24, 2010

Sajak Rumi

LAGU SERULING BAMBU

Dengar lagu seruling menyampaikan kisah pilu perpisahan
Tuturnya, “Sejak bercerai dari indukku pohon bambu rimbun
Ratap tangisku membuat lelaki dan wanita mengaduh
Agar kepiluan dan kobaran berahi cinta dapat kupaparkan

Kuingin sebuah dada koyak sebab terasing dari dia yang dicinta
Setiap orang yang tinggal jauh dari negeri kelahirannya
Akan selalu merindukan saat-saat ketika masih bersatu dengannya
Dalam setiap perjamuan kunyanyikan nada-nada senduku

Aku duduk bersama mereka yang riang dan sedih
Walau rahasia laguku tak jauh dari asal ratapku
Apa ada telinga mendengar dan mata memandang?
Tubuh tak terdinding dari roh, pun roh tak terdinding dari tubuh
Namun tak seorang di dunia diperbolehkan melihat roh

Riuhnya suara seruling adalah kobaran api, bukan desir angin
Mereka yang tak punya api akan sia-sia hidupnya
Inilah kobaran api cinta yang tersembunyi dalam seruling
Inilah bara semangat cinta yang dikandung arak anggur

Seruling adalah kawan ia yang terpisah dari sahabat karibnya
Lagunya menyayat kalbu kami: Siapa pernah lihat racun
Dan obat penawarnya menyatu dalam dirinya seperti seruling?
Siapa pernah lihat orang sedih yang sekaligus pencinta
Menuturkan rindu dendam seperti seruling